Selasa, 31 Mei 2011

MDK-Batavia-02

doa-doa & pesan-pesan      HOME
KASIH - PENYEMBAHAN - TINDAKAN APOSTOLIK

VISION: Tuhan mengatakan kalau kasih itu sangat luas dan dalam sekali. Para pemimpin perlu memahami dan memiliki kasih, dan penyembahan, sehingga mereka bisa mengajarkan kepada jemaatnya. Apa yang para pemimpin ajarkan kepada mereka saat ini sangat tipis sekali, membuat jemaat mereka tidak tahu tentang itu.
Ternyata bayi-bayi yang ditunjukkan pada penglihatan yang lalu sekarang sudah bertumbuh menjadi sekitar tiga tahun, walaupun diasuh oleh suster. Tuhan mengatakan itu terjadi karena ada kasih bapa yang disalurkan kepada mereka. Para pemimpin memberikan kasih itu. Dan ternyata merekalah yang menjadi pasukan. Dan setelah pasukan siap digelarlah karpet merah untuk Tuhan Yesus. Ini menandakan kalau Tuhan Yesus segera akan datang. /fn-15-05-2011

VISION: Yang dilihat itu bukan bayi-bayi tetapi orang dewasa yang bertubuh bayi, alias manusia-manusia kerdil. /vision/kf-15-05-2011

PENJELASAN:
  • Para pemimpin perlu memahami dan memiliki kasih (kasih Bapa / bapa) dan penyembahan dan bisa mengajarkannya Ø Hati bapa-bapa kembali kepada anak-anak dan hati anak-anak kembali kepada bapa-bapa.
  • Bayi-bayi (anak-anak, atau manusia kerdil) harus dilatih menjadi pasukan (the Saint -  It’s in Christ that we find out who we are and what we are living for/Eph 1:11 msg) untuk mempersiapkan kedatangan Tuhan Yesus.
Bahwa sesungguhnya kasih dan penyembahan itu merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan kekristenan. Keduanya seperti dua-muka mata uang: mata uang tidak akan berlaku, alias palsu, jika salah satu tidak ada. Dan kedua hal itu sebenarnya yang merupakan esensi kehidupan orang Kristen. Kehidupan kekristenan mereka akan ditentukan, dan diukur, berdasarkan keduanya. Bukan pada informasi atau pengetahuan atau pemahaman tentang kedua hal itu, tetapi berdasarkan kepemilikannya (spiritual reality) yang memang sudah dimiliki. Kasih dan penyembahan itu tidak terukur besar dan dalamnya. Tidak ada seorang pun yang mampu memiliki kedalaman keduanya. Umat percaya bisa dipenuhi oleh kedua hal itu tetapi tidak akan pernah mampu menampung seluruhnya. Kapasitas umat percaya itu seperti sebuah gelas sedangkan besarnya kasih dan penyembahan itu seluas dan sedalam air samudra!
Kasih itu bukan sembarang kasih, atau berkwalitas lebih rendah seperti ‘cinta’ yang dikenal oleh dunia saat ini. Tetapi kasih Bapa, kasih agape, kasih ‘walaupun’, kasih tidak bersyarat. Ilustrasi yang agak sedikit membantu adalah kasih, atau ‘perasaan’, yang dialami oleh seorang bapa atau ibu saat memeluk anaknya. Ada sesuatu yang hangat yang mereka bisa rasakan keluar dan masuk ke anaknya saat mereka memeluk anak mereka. Itu bukan informasi atau pemahaman, tetapi memang sesuatu atau ‘stature’ yang memang sudah mereka miliki. Kasih yang lahir karena relationship antara dua pribadi yang saling mengasihi; hubungan antara pribadi seorang anak dengan pribadi seorang bapa.
Para pemimpin dituntut untuk memiliki kasih Bapa, Allah Bapa, Allah Yehova, yang demikian, baru mereka mampu mengkomuni-kasikan, mengimpartasikan, dan mengaktifkannya.
Penyembahan adalah sikap dan tindakan yang didasari oleh kasih untuk mengekspresikan rasa hormat, kagum, memuja, takut, gentar, kepada Allah, Allah Elohim, sebagai Raja, Penguasa hidup-nya, Penguasa bumi dan alam semesta.
Dalam penyembahan itu terlibat dua faktor penyembahan: altar / mezbah dan korban atau pengorbanan (sacifice). Altar berbicara tentang gaya-hidup (lifestyle); berbicara tentang wujud nyata melalui gayahidup yang bisa diketahui/dikenal oleh orang lain bahwa memang kita memiliki kehidupan yang menyembah. Ada hal-hal yang bisa mereka kesan kalau kita memang demikian. Kita sebagai suratan Kristus yang terbuka. Ada tanda-tanda Kristus dalam hidup kita.
Korban berbicara tentang adanya sesuatu yang harus dikorbankan dan harus ada di atas mezbah. Api TUHAN tidak akan pernah menyambar dari sorga jika tidak ada korban di atas mezbah. Korban itu bukan lain adalah hidup kita sendiri. Bukan sekali-sekali tetapi setiap saat. Kita mempersembahkan tubuh kita (dan jiwa dan roh) sebagai persembahan yang hidup dan yang berkenan kepada Tuhan. Itu adalah ibadah yang sejati. Hidup yang tidak lagi seperti dunia tetapi hidup yang berbeda karena telah terjadi pembaharuan budi, atau transformasi, sehingga kita mampu membedakan mana kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Tuhan Yesus mengatakan kalau makanan-Nya ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Kedua hal itu. kasih dan penyembahan, yang harus kita impartasikan ke anak-anak rohani kita. Ini mandat yang harus dipikul dan dipertanggungjawabkan oleh mereka yang saat ini sebagai pemimpin gereja / pelayanan.
Kembali diingatkan bahwa kita bukan sedang membicarakan TENTANG kasih dan penyembahan, tetapi HAKEKAT dan ESENSI kasih dan penyembahan untuk kita komunikasikan.
Spiritual reality bapa-bapa rohani yang demikianlah yang akan mampu menumbuhkan para bayi-bayi dan anak-anak rohani, atau manusia-manusia kerdil, tumbuh sehat untuk menjadi pasukan / the Saint, mempersiapkan kedatangan Tuhan Yesus Kristus.

VISION: Pada waktu doa bersama saat itu saya merasa kita masuk dalam doa peperangan dan penyembahan yang menerobos, karena waktu kita sedang berperang saya dikasih pedang sama Tuhan di tangan kanan saya, lalu saya rasa ada palang pintu yang dijaga oleh mahluk hitam besar sekali dengan memegang senjata seperti garpu di tangan mereka dan waktu kita berbahasa roh mereka dikalahkan sehingga Raja Kemulian bisa masuk. Tetapi waktu kemarin itu yang saya rasakan (tolong diuji) makhluk yang gelap itu adalah penjaga gedung/bangunan di mana menara doa kita berada. Saya juga masih bingung kok kemarin yang saya rasakan perang terhadap penjaga itu memang apa hubungannya dengan yang di-share-kan sebelumnya? /ds-15-05-2011

PENJELASAN DAN PENEGUHAN:
  • Palang pintu yang dijaga makhluk hitam bersenjata: menjaga agar doa-doa dan nubuatan-nubuatan yang dilakukan di tempat ini tidak bisa keluar untuk memberi dampak!
  • Makhluk hitam itu penjaga gedung/bangunan menara doa berada: konfirm dengan kesaksian salah satu gembala mengenai ruang yang kosong di sebelah.
  • Pada umumnya roh jahat memakai manusia untuk mewujudkan pengaruhnya. Para pendoa / penjaga menara harus mewaspadai hal ini.
Kita tidak boleh lengah kalau roh jahat itu ada. Roh jahat hanya punya satu tujuan utama: untuk menggagalkan dan menghancurkan pekerjaan Tuhan.
Tugas kita  yang di menara doa Batavia jelas untuk mewujudkan kehendak dan rencana TUHAN di kota, di bangsa, dan bahkan di bangsa-bangsa. Setan pasti akan mengerahkan segala daya untuk menghalanginya. Oleh karena itu kita harus senantiasa mewaspadai hal ini. Satu prinsip kebenaran sudah jelas: kalau kita tidak mendapat  hambatan dan serangan-serangan dari roh jahat itu berarti kalau apa yang sedang kita lakukan itu tidak mengusik mereka, atau tidak dianggap penting, atau memang kita sedang melakukan di dalam Kristus dan Dia yang berperang bagi kita. Bagaimana kita tahu bahwa kita ada di kelompok yang terakhir? Kalau ada dampak dan pengaruh di alam nyata! Bukan sekedar mengklaim-klaim, bukan sekedar mencocok-cocok-an, tetapi yang memang mendapat pengakuan dari orang lain, bahkan dari mereka yang belum mengenal Tuhan, dan bila perlu ditopang oleh penelitian ilmiah!
Namanya roh jahat ya berwujud roh, bukan fisik. Dan mereka juga tidak bisa menganggu kita yang triunion (roh, jiwa, tubuh) tanpa bantuan manusia lain, yang tanpa sadar diperalat mereka. Untuk ini kita masing-masing harus mewaspadai akan keberadaan kita, dan juga keberadaan teman-teman kita, untuk segera langsung menanggulangi jika mulai terkesan adanya serangan atau manifestasi-manifestasi tidak wajar yang muncul. Perlu diingat, saat roh jahat memanifestasikan dirinya dan bisa diketahui oleh umat percaya, sesungguhnya umat percaya saat itu sedang diberi kesempatan untuk menyelesaikannya, dan menang!
PERCEPTION: 2 Raja-raja 2.19-22 mengkisahkan bagaimana TUHAN menyehatkan air di kota Yerikho dengan perantaraan Elisa. Elisa pertama kali memperoleh informasi dari penduduk kota yang yang menginformasikan kalau letak kota baik, tetapi airnya tidak baik dan di negeri ini sering ada keguguran bayi. Elisa minta diambilkan sebuah pinggan baru dengan menaruh garam ke dalamnya. Kemudian pergi ke mata air dan melemparkan garam itu ke dalamnya serta berkata: "Beginilah firman TUHAN: Telah Kusehatkan air ini, maka tidak akan terjadi lagi olehnya kematian atau keguguran bayi”. /ih-22/05/2011

PENJELASAN:
  • Ada kesadaran dan kepedulian penduduk akan kondisi kotanya.
  • Ada pengakuan terhadap peran dan fungsi hamba Tuhan.
  • Ada kerjasama.
  • Pinggan baru: sarana / tindakan baru.
  • Garam: salah satu esensi umat percaya, selain sebagai terang dan bau harum.
  • Tindakan nyata (apostolik) dengan mendeklarasikan apa yang Tuhan kehendaki.
  • Tuhan memeteraikan dan meneguhkan apa yang dikatakan / dinubuatkan oleh hamba-Nya.
Ini merupakan contoh strategi apostolik yang diimplementasikan sehingga bisa mengubahkan kehidupan, mentransformasi, dan menerobos untuk memberi dampak di dunia nyata.
Dari kisah di atas ada beberapa faktor yang dibutuhkan untuk terwujudnya suatu perubahan (tetapi hal ini jangan dijadikan patokan/metode):
Pertama, adanya faktor manusia yang menyadari adanya sesuatu yang tidak wajar sedang terjadi di kotanya: adanya air tidak sehat yang menyebabkan banyak keguguran bayi. Dibutuhkan seseorang yang mempedulikan dan mencermati keadaan sekitarnya.  eseorang yang mempunyai atau diberi beban khusus untuk suatu tugas / panggilan khusus.
Kedua, adanya pengakuan akan kemampuan dan otoritas yang dipunyai orang lain, yang mungkin bisa membuat perubahan terhadap ketidak-wajaran yang sedang terjadi di kotanya.
Ketiga, adanya kerelaan mau bekerjaa-sama dalam mengatasi perubahan yang diharapkan.
Keempat, dibutuhkannya pinggan baru. Ini menggambarkan adanyaa suatu wadah yang baru, yang belum pernah ada. Suatu tindakan baru, atau kirbat baru, untuk mewadahi hal-hal Ilahi baru yang akan dinyatakan. Albert Einstein pernah membuat pernyataan: melakukan hal yang sama dan mengharapkan terjadinya sesuatu yang baru, itu adalah kegilaan!
Harus ada keberanian untuk melakukan sesuatu yang tidak biasa. Ini seharusnya dimiliki oleh umat percaya. Sekali lagi, kita tidak berbicara tentang ucapan tetapi tindakan. Mereka yang sudah memiliki spiritual reality untuk perkara inilah yang mampu melakukannya. Elisa sebagai nabi Tuhan pasti sudah mempunyai hal ini.
Kelima, garam. Suatu zat kimia khusus yang diperoleh secara khusus dari bahan khusus dan memiliki karakter khusus. Garam antara lain secara diam-diam mampu memberikan rasa di dunia dimana garam dilarutan. Keberadaannya secara fisik tidak terlihat tetapi dampak dan pengaruhnya bisa dirasa kalau tidak ada. Garam menggam-barkan esensi umat percaya, selain sebagai terang dan bau.
Dalam pentahiran atau penyehatan air di kota Yerikho garam telah memberikan salah-satu andilnya. Umat percaya harus bersediaa memberikan andil untuk perubahan di kotanya.
Keenam, Tindakan nyata (apostolik) dengan mendeklarasikan apa yang Tuhan kehendaki. Ini tugas dan peran khusus Elisa, sang nabi. Elisa menggambarkan seseorang yang mempunyai hubungan khusus dengan Tuhan, dan seperti Elia, bapa rohaninya, dia mengucapkan sesuatu yang memang sudah Tuhan taruh di hatinya, tanpa harus berdoa atau memohon terlebih dahulu. Ini mencontohkan bagaimana seharusnya kehidupan doa dan penyembahan umat percaya, khususnya para pendoa syafaat. Kalau mereka sudah membangun kehidupan yang menyembah, setiap saat, maka hal yang sama, bahkan yang lebih besar lagi, akan bisa dilakukan. Ini yang sedang dinanti-nanti oleh setiap maklhuk, saat anak-anak Tuhan dinyatakan!
 Ketujuh, Tuhan memeteraikan dan meneguhkan apa yang dikatakan / dinubuatkan oleh hamba-Nya. Ini merupakan peneguhan vision tanggal 9 Mei 2011 yang menunjukkan Tuhan akan melakukan sesuatu untuk mereka, dan mereka sedang melakukan sesuatu untuk Dia kerjakan. Ini sesuatu yang sedang TUHAN kerjakan. Daan kalau dalam vision tersebut ditunjukkan bahwa hati pasukan itu utuh, tidak ada yang cacad, ini merupakan persyaratan yang harus kita miliki agar TUHAN leluasa untuk menyalurkan rencana dan kehendak-Nya melalui kita untuk bangsa kita, sehingga kita bisa berucap: 

Damailah Negeriku, Sejahteralah Bangsaku!’